WELCOME TO MY BLOG *_*

Senin, 22 Oktober 2012

“ DREAM HIGH “ Di bawah Langit Biru dan Damainya Kampus Biru Aku Bermimpi


Cerpen Edisi RemajaKu
“Ummu Salamah RMI”
Hai.. aku Umu, seorang mahasiswi Jurusan PAI disebuah Universitas swasta di makassar. Kini aku sudah berada di semester V. Hari-hariku begitu kurasakan banyak yang berbeda sejak semester awal hingga saat ini. Aku tak memiliki kemampuan untuk menulis, tapi aku selalu ingin mencobanya. Nah untuk kesempatan kali ini aku akan menceritakan kehidupan kampusku disemester ini. Banyak hal unik yang mulai kurasakan.
Sudah sepekan perkuliahan mulai berjalan. Tapi aku masih belum bisa berpartisapasi di dalamnya karena keterlambatanku kembali kemakassar setelah libur panjang semester. Hari ini tepatnya pekan kedua perkuliahan berjalan aku sudah bisa berpartisipasi. Sudah tidak sabar aku memasuki gerbang kampus dan bertemu dengan teman-temanku. Entah kenapa aku begitu canggung ketika akan berhadapan dengan teman-temanku nanti. Mugkin karena sudah lama tidak bertatap muka. Setelah memasuki gerbang kampus betapa bahagianya hatiku ketika disambut dengan hangat oleh sahabat-sahabatku.
“umu,..  i miss you ..kamu kok berubah banget, cara berjilbab kamu juga udah feminim”. Kata Anty sahabatku yang punya kepribadian polos tapi sangat lucu.
“ Ha... masa sih ?? perasaan biasa saja deh” jawabku santai tapi tersipu malu karena memang aku membenarkan apa yang dikatakan sahabatku ini.
            “Iya umu beda banget loh, tapi ngomong-ngomong mana oleh-olehnya nih..?”. pintai inha, sahabatku yang kadang usil tapi unik. “ Duuh Umu kok pipimu tambah tembam siih”. Keluh Mba’e Rafi’ah. Karena usianya yang lebih tua dariku makanya ku memanggilnya Mba’e. Dia sahabatku yang paling suka koment terhadap perubahan dalam diriku, baik dan sangat lucu.
            “Ku Kangeeeennn”.
“Eh Umu, narsis banget sih” kata Anty. “ Maaf Neng, udah Kangen banget sih.” Balasku. Selang beberapa menit dosenku akhirnya datang juga. Di dalam kelas aku dibuat salah tingkah  oleh temanku Muis, dia sering ku panggil dengan sebutan Abang. Orangnya sangat baik, perhatian dan lucu. “ Umu, tambah Manis ku lihat”katanya.
“hehe kebalik bang”.bantahku dengan gaya lebay.
“Awas nanti ada yang suka”. Haa yang benar saja. Mendengar hal ini membuat otakku berpikir 2x lebih cepat. Duh jangan sampai deh. Bisa-bisa digosippin yang tidak-tidak nih. Aku hanya membalas senyuman kepada abang.
Setelah perkuliahan berakhir, tak ku sangka tugas-tugas sudah begitu angkuh siap-siap untuk disambut. Dalam benakku apakah tradisi lama masih berlangusng yakni tugas kelompok akan menjadi beban individu. Dan ternyata dugaanku benar. Berjalan kurang lebih sebulan pemberian tugas oleh dosen begitu banyak. Rasa bosan mulai menghampiriku karena tidak pernah ku nikmati indahnya bekerja sama bersama teman-teman kelompok. Ada rasa benci dengan sifat masa bodoh itu, namun apa dayaku untuk memarahi mereka. Tenagaq sudah habis untuk menyelesaikan tugas kuliah dan tak ada lagi kemampuanku hanya untuk menghadapi mereka. Ketika kucoba menangis dan mengeluh tapi air mataku tak kunjung membasahi pipiku. Padahal dalam hatiku menjerit pilu yang mendalam. Apakah aku seperti robot buatan jepang yang hanya diperintah ia akan berjalan sendiri sesuai yang diinginkan. Tidak rugikah kalian wahai teman-temanku ketika tak ada apa-apa yang kalian dapat ketika kuliah? Jalan yang ku pilih saat ini adalah mencoba tetap memberi senyum manis di atas rintihan hatiku.
*****
Ada hal-hal baru yang mulai kurasakan perbedaannya. Komunikasiku lewat media HP lebih berjalan lancar dengan teman-teman cowok di kelas seperti Abang Muis, Ustad Zainal, Mas Bro Mukram dan Mas Satmin. Meski kadang terjalin dengan teman-teman lain namun yang lebih kurasa dekat hanyalah dengan mereka. Komunikasi yang terjadi bukanlah hal-hal mubazir jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan meski sekali-sekali dibarengi dengan lelucon.
****
Dengan penuh keraguan ku langkahkan kakiku menuju gerbang kampus. Terlihat begitu banyak mahasiswa beraktivitas dengan berbagai bentuk. Sepanjang perjalanan menuju tempat dimana kami biasa berkumpul sambil menunggu dosen, aku melihat sekitar kampus masih begitu tampak ramai padahal waktu telah menunjukkan pukul 18.15 wita. Jadwal kuliahku memang berlangsung setelah shalat magrib. Pandanganku masih tertuju kesegala penjuru kampus. Ku rasakan bahagia ketika memasuki lingkungan kampus. Langkahku tiba-tiba terhenti saat ku menyadari bahwa gedung Fakultasku belum tuntas dikerjakan. Ku pandangi gedung berlantai 19 yang kini tepat berada di hadapanku dengan penuh harapan agar pembangunannya cepat selesai. Meski sudah beberapa kali ditempati untuk perkuliahan namun rasanya masih kurang nyaman dikarenakan faktor menaiki anak tangga yang tersusun rapi untuk dijadikan jembatan penyebrangan dari satu lantai ke lantai yang lain, ruangan yang debu serta kondisi lampu yang terlihat tak ikhlas menampakkan cahayanya sehingga sering padam. Sementara yang lainnya sudah bisa menikmati belajarnya seakan tak terjajah oleh ruang dan waktu. Aku tak merasa iri sedikitpun dengan perbedaan ini. Kesungguhanku memetik bintang di langit kampuslah yang menjadi tujuanku berhijrah sejauh ini. Aku adalah salah satu dari segelintir mujahid muda yang meninggalkan kemewahan demi mencari kemewahan sesungguhnya.
Semakin hari mimpiku semakin tinggi bagaikan layang-layang yang diterpa angin kemudian dengan lembut ia menari di atas udara. Seperti burung yang terbang tinggi aku pun ingin demikian, tapi ku ingin terbang dengan mimpiku menembus langit biru dan taklukkan kurun waktu yang sudah menjadi teman baruku dikhidupanku. Tak ada alasan untukku menyerah jika langit  tak mendung dan itulah tekadku. Halangan dan rintangan silih berganti mewarnai hariku dan dengan pasti dan perlahan ku bisa meniadakannya.
Kodrat manusia yang cenderung sensitif terhadap hatinya tentulah memberi tumpangan kepada orang lain untuk berlabuh di dalamnya. Inipun pernah terjadi dalam kehidupanku. Mengalami kisah cinta yang berujung kabut. Aku tak tahu bagaimana cerita akhir dari kisah cintaku namun apakah ada keuntungan jika ku mencintainya? Dari situlah kuputuskan untuk tak ingin mencobanya. Desakkan dari teman-teman agar aku tak memanjakkan niatku tapi cukuplah mengambil pelajaran di dalamnya. Tapi inilah umu, gadis kecil dengan berpendirian teguh dan selalu belajar untuk konsisten terhadap keputusannya. Aku selalu mengharapkan masa-masa yang menjanjikan kedepannya dan bukanlah hanya sekedar tempat untuk numpang berlabuh karena tak ada tempat lain. Prinsipku ini serupa dengan sahabatku Nurul yang senantiasa memberikan sentuhan pencerahan dalam hidupku. Wataknya yang keras membuat prinsipnya tak mudah goyah. Gadis berkulit putih ini tak mudah menerima cinta. Hatinya sangat sulit menerima dengan pertimbangan-pertimbangan yang benar-benar matang. Hal ini yang ku pelajari darinya. Hatinya selalu ikhlas dengan senyuman yang begitu bersahaja sehinga membuat banyak yang  mudah dan jatuh cinta padanya. Tapi mendapatkan hatinya bagaikan mengharapkan bintang muncul ketika hujan.
Hari ini aku dikejutkan dengan niat sahabatku Anty dan Inha yang berniat untuk mengajar anak-anak jalanan membaca dan menulis. Kami sangat menyadari betapa pentingnya belajar. Tak ada salahnya jika kami memiliki mimpi yang tinggi dan harapan kepada mereka. Kami ingin menjadi matahari dikegelapan malamnya. Memberikan sedikit perubahan meski kami tak yakin kedepannya bagaimana, tapi kami tak ingin mereka hidup tanpa belajar. Jalan hidup mereka hari ini mungkin di jalanan tapi garis kehidupan mereka kedepannya siapa yang tahu. Bisa jadi mereka menjadi orang-orang berdasi yang terhormat atau seorang pendidik. Itulah hidup. Tak ada larangan untuk kita bermimpi karena dengan bermimpi akan memberikan inspirasi dan jalan bagaimana kita bisa terbang tinggi untuk menggapainya. Dukungan dari teman-teman meberikan motivasi kepada kami.
Rasa pesimis sebelumnya memang menghampiri pikiran tapi dengan kekuatan bersama dan keyakinan yang kuat kami berusaha untuk menepisnya. Aku berusaha meyakinkan inha dan anty tapi tanpa sepengetahuan mereka aku juga berusaha meyakinkan diriku sendiri. Apa yang aku pilih hari ini adalah takdirku dan aku tak ingin takdirku hanya sekedar skenario hayalan.
******
Siang ini aku menerima telephon dari sahabatku Anty yang sedang dalam keadaan kalut.
“Hallo, Assalamu’alaykum” sapa Anty
“Wa’alaykum salam, ada apa Anty..?” tanyaku
“Gini Umu, aku bersyukur niat kita yang baik mendapat banyak dukungan dari teman-teman. Tapi sekarang pikiranku kacau, ini masalah Lukman”. Ceritanya singkat. Lukman adalah sosok pria yang ia cintai beberapa tahun terakhir. Namun, perbedaan karakter diantara mereka sehinga hubungan mereka menjadi sedikit bermasalah.
“Anty, jangan jadikan masalah ini membuat kaamu lupa segalanya. Jika dia tidak bisa menunjukkan yang baik untuk apa kamu harapkan dia? Cinta itu butuh kepastian” . aku sadar denga berusaha memberikan pengertian ini kepada Anty karena aku pernah merasakannya tapi aku tak ingin hidupku diperbudak oleh cinta.
“tapi umu, sangat susah aku melupakannya”. Pintanya.
“Kalau aku bisa mengapa Anty tidak? Dalam masalah seperti ini jangan hanya menggunakan perasaan tapi gunakan juga akalmu. Perasaan itu sifatnya sensitif dan cenderung lemah. Kalau Anty terus-terusan seperti ini bagaimana kamu bisa berubah. Iman kita akan tergadai jika semuanya kita utamakan cinta “.
“iya kamu benar umu. Dalam hal ini logikapun harus digunakan. Umu, makasih yaa setidaknya kamu udah memberikan sedikit pencerahan dalam hatiku”
“Itulah gunanya teman, mungkin hari ini Anty butuh aku tapi siapa yang menjamin esok atau lusa aku yang membutuhkan Anty”.
“Hmm, ok deh Umu udah dulu ya, perasaan udah agak tenang sekarang. Assalamu’alaykum”
“ok, Wa’alaykum salam”. Tutupku. Dari sinilah aku mulai berpikir. Bahwa aku tidak bisa menggunakan sayapku untuk terbang tinggi tanpa bantuan dari teman-teman terdekatku atau siapapun yang aku yakini bisa memberikan motivasi. Suatu haripun aku tak ingin mengatakan “AKU BERHASIL” melainkan “ KAMI BERHASIL”. Alangkah indahnya jika bisa terbang tinggi bersama-sama. Ketika sebagiannya sudah di atas maka ia harus bersedia kembali ke bawah untuk menjemput teman-temannya untuk terbang bersama. Maka disinilah bendera keberhasil yang sesungguhnya akan berkibar di udara. Dream high adalah impian semua orang. Ketika aku menulis cerpen ini kembali ku teringat sahabatku yang butuh dukungan dariku dan teman lainnya karena perasaan kurang baik. Aku ingin memberinya cerpenku ini agar ia bisa kembali bangkit dari keterpurukan hatinya karena cinta. Aku ingin menjadi pesaing yang sehat dengannya di kelas namun ketika suasana hatinya seperti ini aku pun tidak yakin dia bisa konsentrasi dalam belajar. Bagiku memiliki saingan akan memberikan semangat juang alam belajar tersendri. Seseorang pernah bertanya padaku, manakah yang kamu pilih menjadi ikan kecil di kolam yang besar ataukah menjadi  ikan besar di kolam yang kecil. Jawabanku adalah yang pertama ibarat lebih baik aku jadi orang bodoh diantara orang pintar dari pada harus menjadi orang pintar diantara orang bodoh. Bukankah itu lucu. Artinya apalah arti diri ini jika tidak bisa bersaing dengan baik malahan menjadi pecundang dalam belajar. Jika masalah cinta banyak yang menjadi pecundang tapi bagiku dalam belajar tidak perlu ada pecundang karena sama saja ia membuka sepatunya ketika memasuki pusat perbelanjaan yang besar. Aku bukannya ingin menghina siapapun tapi aku ingin kita sama-sama menghargai apa yang telah diberikan Allah and just enaught.
Sekarang ini ku merasakan suatu hambatan baru bagi Mba’e dalam belajar. Kesibukkannya mengajar membuatnya lemah terhadap perkembangan kualitas belajarnya. Ia memilih untuk absen belajar di kelas ketika ingin mengajar. Padahal ini adalah mata kuliah yang sangagt penting dan sangat disayangkan jika harus mendapat penjelsan dari teman-teman dikarenakan ini mengenai metode penelitian, tentang penulisan skripsi dan lain sebagainya seputar karya ilmiah. Apalagi saat ini statusya sudah di semeseter V. Tentulah jangan menganggap remeh terhadap persiapan- persiapan seperti itu untuk kedepannya. Sebagai teman sekaligus adik aku tidak akan membiarkanya terus-terusan seperti ini. Tidak ada kata menyerah bagiku untuk memberikan semangat kepada mereka.
Mottoku adalah “menjadi pintar itu memang indah tapi membuat orang menjadi pintar jauh lebih indah”...
Menempa diri, tidak menyerah ketika mengalami kesulitan, pemberani, daya ingin tahu tinggi, berpikir positif  dan akhirnya memulainya dengan sebuah mimpi dan meyakini itu akan terjadi.  Jadikan ini sebagai prinsip kita sahabat dalam menuju harapan besar di depan gerbang kesuksesan.
Jadi mulailah masa muda kita dengan coretan mimpi , coretan cita-cita, coretan harapan. Dan ijinkan Alam semesta dititahkan Allah ntuk penuhi mimpi-impi dan harap kita...
Kunci meraih Impian :
¨       Bercita-cita Kuat  (Get Dream)
¨       Berusaha sungguh-sungguh (Get Spirit)
¨       Berbagi Sebanyak-banyaknya (Get Share).
I HAVE A DREAM  IN MY DREAM HIGH
DON’T SCARE TO TRY GUYS..!!!
“jika Kau ingin mengetahui masa depanmu, maka lihatlah apa uang Engkau lakukan dimasa remajamu”
(Abu Bakar As-Shiddiq)

2 komentar: